Rabu, 16 Juli 2014

Gaza, Palestina. (2)


Hari ini hari ke-18 Ramadhan. Hari ke-10 semenjak gejolak hari pertama serangan Israel ke Palestina. Korban dari pihak Palestina sampai malam ini 204 orang dan lebih dari 1500 orang luka-luka. Hari ini ada 9 orang yang syahid -in sha Allah-, 2 diantaranya anak-anak yang salah satunya bayi berusia 9 bulan. Sementara di pihak Israel dikabarkan 1 orang meninggal dunia kemarin. Tulisan yang ke-2 ini saya buat tidak lain sebegai muhasabah untuk diri saya sendiri.

Hari kehari semakin banyak saudara-saudara kita yang menjemput istirahat panjangnya, tidak hanya di Palestina, ada Suriah,Myanmar, Afganistan, Thailand dan belahan bumi lain yang keadaan mereka jauh dari kata aman. Atas semua keadaan itu apakah semakin besar usaha bantuan yang kita berikan, apakah semakin khusyuk doa yang kita panjatkan untuk keselamatan mereka? Sebagaimana yang Ismail Haniyah (Perdana Mentri Palestina) katakan “Kami tidak meminta kalian berjihad bersama kami mengangkat senjata. Sebab siap siaga untuk mempertahankan tanah suci umat Islam. Kami hanya meminta doa kalian. Karena doa senjata paling hebat yang tidak dimiliki kaum kafir….”

Ramadhan dengan haus dan laparnya sejak awal mengajarkan rasa empati terhadap mereka yang setiap harinya berusah mencari sesuap nasi. Dan hari ini bersama kabar saudara yang sedang jauh dari kata ‘nyaman’ dibanding kita, saat kehilangan sanak saudara seperti mengakrabi hari-hari mereka. Kabarnya mereka bahagia jika ada anak,ayah, istri, atau saudara yang syahid, tapi bukankah kita mafhum bahwa perasaan manusiawi itu pasti hadir kedalam hati mereka. Untuk itu seharusnya lebih dari kata empati dengan segala maknanya bisa kita berikan.

Hari ini masih menjadi hari Ramadhan yang nyaman ‘kan kita jalani? Berangkat shalat subuh ke masjid dalam keadaan aman, tidak semencekam saudara di Palestina yang dicekal, dipaksa meminum bensin lalu tubuhnya dibakar. Hari ke-18 Ramadhan setidaknya hari ini kita selesai membaca Quran juz 18, bertambah hafalan, bertambah ilmu, lebih-lebih ‘amal. Karena lagi-lagi keadaan kita sangat nyaman untuk beribadah.

Dari anak-anak Palestina kita belajar dan merasa malu. Setiap ditanya apa cita-cita mereka jawabnya adalah “syahid di jalan Allah”, dan ditanya bagaimana caranya jawabnya adalah “dengan Quran!”, karena pasukan terdepan Izzudin Al Qasam adalah para penghafal Quran. Mereka menghafal Quran dan bersemangat mengamalkannya diantara reruntuhan bangunan, ditengah suasana mencekam pertempuran. Hanya butuh waktu 3 bulan dalam daurah -dengan suasana seperti itu- puluhan anak diwisuda sebagai para ‘penjaga Quran’.

Gaza, Palestina, maafkan kami yang terlalu sederhana mencintaimu.

اللَّهُمَّ أَعِزَّ الْإِسْلَامَ وَ الْمُسلِمِين
Ya Allah, muliakanlah Islam dan kaum Muslimin
اللَّهُمَّ انْصُرْ إِخْوَاننَاَ الْمُسلِمِين وَ المُجَاهِدِينَ فِي فِلِسْطِين
Ya Allah, tolonglah kaum Muslimin dan Mujahidin di Palestina
اللَّهُمَّ ثَبِّتْ إِيمَانَهُمْ وَ أَنْزِلِ السَّكِينَةَ عَلَى قُلُوبِهِم وَ وَحِّدْ صُفُوفَهُمْ
Ya Allah, teguhkanlah Iman mereka dan turunkanlah ketenteraman di dalam hati mereka dan satukanlah barisan mereka
اللَّهُمَّ أَهْلِكِ الْكَفَرَةَ وَ المُشْرِكِينَ
Ya Allah, hancurkanlah kaum kuffar dan kaum musyrikin
اللَّهُمَّ انْصُرْ المُجَاهِدِينَ عَلَى أَعْدَائِنَا أَعْدَاءَ الدِّين
Ya Allah, menangkanlah kaum Mujahidin atas musuh kami, musuh agama
doa dari :http://www.arrahmah.com/news/2014/07/09/dari-indonesia-dukunglah-jihad-palestina-dengan-doa-dan-dana.html

foto dari : google

Selasa, 15 Juli 2014

Gaza, Palestina.

Berbuka dengan apa warga Gaza hari ini ya?
Dengan tangis dan air mata?
Diantara dentuman suara roket?

Atau sedang berbuka dengan bahagia melihat saudara, ayah, ibu, anak atau istrinya wafat dalam keadaan syahid?
Berbuka yang sebenar-benarnya. Menemui istirahat panjang setelah persinggahan sebentar di dunia. Melepas dahaga dengan melihat wajahNya di surga.

Sudah satu minggu ini Palestina diserang. Tidak kurang dari 160 orang meninggal dunia, dan lebih dari 900 orang terluka. Di tengah krisis makanan dan kekurangan obat-obatan, mereka terus bertahan. Di bulan Ramadhan, saat jauh di sini kita dalam keadaan yang sangat nyaman untuk beribadah. Dan hari-hari pertama saat mendengar kabar penyerangan Israel kepada saudara-saudara di Palestina, saya merasai hati dan mengusapkan tangan ke dada, adakah iman ini merasakan hal yang sama dengan apa yang mereka alami? Ikatan iman adalah ikatan tanpa batas, ia menembus sekat dan wilayah. Ikatan iman adalah seketikanya saudara tersakiti maka diri seketika itu pula merasakan hal yang sama.

Berpuluh tahun dijajah, tanpa kepedulian berarti dari PBB. Seakan dibiarkan jadi tontonan bahwa di bumi ini ada satu negri yang sedang dijajah dan negri lain tidak peduli akan keterjajahan berpuluh tahun itu. Anak-anak terbangun mendengar ledakan bom dan peluru. Tidak ada cerita langit biru, yang ada ialah langit kelabu yang di penuhi asap roket dan mesiu. Saat kehilangan orang yang dicintai menjadi hal lumrah. Pagi sang Ayah pamit berangkat bekerja namun tiada bertemu lagi sore harinya.

Palestina adalah negri para nabi, para ulama besar dilahirkan, negri penuh keberkahan. Al Aqsa kiblat pertama, persinggahan Rasul sebelum mi'raj ke Sidratul Muntaha. Palestina negri yang diberkahi. Para tentara Israel itu bisa saja menyombongkan diri ketika roket-toket mereka menggempur Gaza dari atas,tapi mereka lupa bahwa di atas roket-toket mereka itu adalah kekuasaan Allah yang sangat mudah jika ingin menghancurkan mereka.

Selasa, 01 April 2014

Sabtu, 04 Januari 2014

Keputusan

Bagaimanapun hidup akan terus berlanjut, waktu tidak pernah mau berhenti  meski sejenak untuk menghela nafas.

Diantara hal yang kadang harus dilakukan pada episode yang akan menentukan perjalanan takdir adalah mengambil keputusan. Setelah dialog panjang beberapa hari dengan diri sendiri, meminta pertimbangan saudara dan murobbi, lalu memohon petunjuk yang terbaik kepada Rabb semesta alam, sekitar 6 sampai  8 jam yang lalu telah mengambil keputusan yang akan menjadi penentu takdir yang harus dijalani untuk satu tahun kedepan ini.  


Keputusan ini memang harus diambil dengan konsekwensi akan ada kemudahan di tittik yang diinginkan namun juga meninggalkan kekhawatiran di titik yang lain. In sha Allah dengan terus menempatkan perasaan pada zona nyaman keimanan bahwa ada Dia sang pemelihara, penentu takdir terbaik maka akan menghadirkan keteguhan menjalaninya (meski manusiawi tetap meninggalkan sedikit kekhawatiran).


Keputusan apapun sebenarnya akan tetap punya konsekwensi, dan setelah ini yang terpenting adalah bertanggungwajab terhadap keputusan itu. Persis dengan tanggungjawab terhadap keputusan tahuntahun sebelum ini. 

Sebentar lagi akan meninggalkan satu zona nyaman menuju zona nyaman yang lain. Ternyata tidak mudah meninggalkan satu tahun lebih yang diperjuangkan, telah memetik hasil kesabaran selama itu tapi tibatiba harus ditinggalkan. Ahh.. inilah keputusan.

Trimkasih untuk tempat yang sangat mendewasakan itu, memberi banyak pengalaman hidup, yang telah menghadirkan saudarasaudara baru, menghadirkan senyum dan menjadi sisik unik diantara kehidupan yang ada.
Masih bisa senyum sendiri jika mengingatnya..

Dan setelah ini sepertinya perlu merubah isi profile di facebook,, hhe..

Palangkaraya, pagi awal Januari..