Selasa, 15 Juli 2014

Gaza, Palestina.

Berbuka dengan apa warga Gaza hari ini ya?
Dengan tangis dan air mata?
Diantara dentuman suara roket?

Atau sedang berbuka dengan bahagia melihat saudara, ayah, ibu, anak atau istrinya wafat dalam keadaan syahid?
Berbuka yang sebenar-benarnya. Menemui istirahat panjang setelah persinggahan sebentar di dunia. Melepas dahaga dengan melihat wajahNya di surga.

Sudah satu minggu ini Palestina diserang. Tidak kurang dari 160 orang meninggal dunia, dan lebih dari 900 orang terluka. Di tengah krisis makanan dan kekurangan obat-obatan, mereka terus bertahan. Di bulan Ramadhan, saat jauh di sini kita dalam keadaan yang sangat nyaman untuk beribadah. Dan hari-hari pertama saat mendengar kabar penyerangan Israel kepada saudara-saudara di Palestina, saya merasai hati dan mengusapkan tangan ke dada, adakah iman ini merasakan hal yang sama dengan apa yang mereka alami? Ikatan iman adalah ikatan tanpa batas, ia menembus sekat dan wilayah. Ikatan iman adalah seketikanya saudara tersakiti maka diri seketika itu pula merasakan hal yang sama.

Berpuluh tahun dijajah, tanpa kepedulian berarti dari PBB. Seakan dibiarkan jadi tontonan bahwa di bumi ini ada satu negri yang sedang dijajah dan negri lain tidak peduli akan keterjajahan berpuluh tahun itu. Anak-anak terbangun mendengar ledakan bom dan peluru. Tidak ada cerita langit biru, yang ada ialah langit kelabu yang di penuhi asap roket dan mesiu. Saat kehilangan orang yang dicintai menjadi hal lumrah. Pagi sang Ayah pamit berangkat bekerja namun tiada bertemu lagi sore harinya.

Palestina adalah negri para nabi, para ulama besar dilahirkan, negri penuh keberkahan. Al Aqsa kiblat pertama, persinggahan Rasul sebelum mi'raj ke Sidratul Muntaha. Palestina negri yang diberkahi. Para tentara Israel itu bisa saja menyombongkan diri ketika roket-toket mereka menggempur Gaza dari atas,tapi mereka lupa bahwa di atas roket-toket mereka itu adalah kekuasaan Allah yang sangat mudah jika ingin menghancurkan mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar