Berbuka dengan apa warga Gaza hari ini ya?
Dengan tangis dan air mata?
Diantara dentuman suara roket?
Atau sedang berbuka dengan bahagia melihat saudara, ayah, ibu, anak atau istrinya wafat dalam keadaan syahid?
Berbuka
yang sebenar-benarnya. Menemui istirahat panjang setelah persinggahan
sebentar di dunia. Melepas dahaga dengan melihat wajahNya di surga.
Sudah
satu minggu ini Palestina diserang. Tidak kurang dari 160 orang
meninggal dunia, dan lebih dari 900 orang terluka. Di tengah krisis
makanan dan kekurangan obat-obatan, mereka terus bertahan. Di bulan
Ramadhan, saat jauh di sini kita dalam keadaan yang sangat nyaman untuk
beribadah. Dan hari-hari pertama saat mendengar kabar penyerangan Israel
kepada saudara-saudara di Palestina, saya merasai hati dan mengusapkan
tangan ke dada, adakah iman ini merasakan hal yang sama dengan apa yang
mereka alami? Ikatan iman adalah ikatan tanpa batas, ia menembus sekat
dan wilayah. Ikatan iman adalah seketikanya saudara tersakiti maka diri
seketika itu pula merasakan hal yang sama.
Berpuluh
tahun dijajah, tanpa kepedulian berarti dari PBB. Seakan dibiarkan jadi
tontonan bahwa di bumi ini ada satu negri yang sedang dijajah dan negri
lain tidak peduli akan keterjajahan berpuluh tahun itu. Anak-anak
terbangun mendengar ledakan bom dan peluru. Tidak ada cerita langit
biru, yang ada ialah langit kelabu yang di penuhi asap roket dan mesiu.
Saat kehilangan orang yang dicintai menjadi hal lumrah. Pagi sang Ayah
pamit berangkat bekerja namun tiada bertemu lagi sore harinya.
Palestina
adalah negri para nabi, para ulama besar dilahirkan, negri penuh
keberkahan. Al Aqsa kiblat pertama, persinggahan Rasul sebelum mi'raj ke
Sidratul Muntaha. Palestina negri yang diberkahi. Para tentara Israel
itu bisa saja menyombongkan diri ketika roket-toket mereka menggempur
Gaza dari atas,tapi mereka lupa bahwa di atas roket-toket mereka itu
adalah kekuasaan Allah yang sangat mudah jika ingin menghancurkan
mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar