Rabu, 27 Februari 2013

Untukku, kita, KAMMI, karenaNya..



Bissmillahirrahmanirrahiim..

Cukup lelah hari ini ya Saudaraku??Sama, ana pun begitu. Setelah seharian menjalani rutinitas biasa sebagai seorang mahasiswa dan sorenya harus bekerja di kota rantau ini. Cukup lelah saudaraku. Sengaja ana mulai dengan sedikit berbagi agar antum merasa dekat dengan yang sedang menulis catatan ini.

Sebenarnya cukup bingung harus memulai tulisan ini dari mana. Izinkan ana untuk sedikit berbagi tentang apa yang membuat mata ini masih ana tahan untuk terlelap.
Ana mulai dengan sedikit flash back perjalanan satu tahun kebelakang. Alhamdulillah sudah satu tahun (yang lebih senior tentu telah lebih lama) kepengurusan kita di gerakan yang kita cintai ini,KAMMI. Tentu banyak hal yang telah berlalu dan kita telah melewati hari-hari itu dengan berbagai macam rasa, narasi dan pembelajaran. Masih jelas memori itu, masih tersimpan dengan baik rupanya di hippocampus setiap otak kita saat pertama kali bergabung di sini.. coba ingat-ingat lagi ya, setiap kita punya cerita berbeda di dalamnya.
Dan tanpa terasa..(ahh,, rasa itu ada, hanya mungkin hati kita yang kurang menghayatinya) telah satu tahun berlalu. Muhasabah yuk, jawab pertanyaan berikut ya, kalau perlu bisa kita tulis jawabannya lalu tempel di tempat kita bisa sering melihatnya.
1.      Kenapa kita bergabung dengan gerakan sekaligus jamaah ini?
2.      Untuk apa dan siapa kita berada di sini?
3.      Bagaimana keikhlasan kita dalam setiap ‘amal jama’i selama ini, sering terbelok tanpa sadarkah ?
4.      Apa yang membuat kita tetap bertahan dan terus berjuang ketika rasa futur dan terbesit keinginan untuk  tidak bersama jamaah ini lagi?
5.      Apa saja yang telah kita lakukan dan berikan untuk jamaah ini?
6.      Apa yang telah kita perbuat (ingat, ini kata kerja ya) demi tegaknya SyariatNya di atas muka bumi ini?
7.      Bagaimana yang kita rasakan tentang ukhuwah diantara kita di jamaah ini?
8.      Adakah perubahan berarti dalam diri,pola dan cara hidup kita ketika telah bergabung dengan jamaah ini? Apa dan bagaimana?
9.      Tuliskan satu pertanyaan paling penting menurut kita tentang keberadaan kita dalam jamaah ini, lalau jawab sendiri pertanyaan itu !
10.  Bagaimana seharusnya atau idealnya keberadaan kita dalam jamaah ini?

Ana sarankan untuk berfikir dan merenung sejenak (minimal 5 menit) untuk setiap pertanyaan tersebut, dengarkan jawaban dari suara hati terbaik kita...

***


Ikhwah.. saudaraku..
Ana sedang memikirkan keberlanjutan hidup jamaah ini..
Tiga hari lagi Muskom, dan tentu akan ada estafet kepengurusan.
Ana bukan sedang memikirkan siapa yang akan menjadi pemimpin pengganti nanti, memikirkan itu terlalu sederhana, meski juga memberi porsi bagi kepala ana untuk memikirkannya pula. Yang menguras pikiran ana SESUNGGUHNYA adalah pertanyaan-pertanyaan yang hadir tanpa diminta di dalam kepala ana ini, pertanyaan-pertanyaan itu dimulai dengan kata ‘APAKAH’ dan ‘BAGAIMANA’.

Apakah dengan pengalaman selama ini kita cukup siap meneruskan estafet perjuangan  ini, yang dengan kesadaran kita mafhum bahwa kita sedang memperjuangkan risalah para Rasul dan Anbiya.Ini bukan main, ini tidak mudah,meski sesungguhnya juga tidak sulit.
Apakah kita siap memberikan totalitas perjuangan dalam keadaan bagaimanapun? Layaknya NabiyuLLAh Ibrahim yang Meninggalkan Siti Hajar dan anaknya di lembah tak berpenghuni, atau seperti Abu Bakar Ash Shidiq yang menginfakkan seluruh hartanya dan ketika ditanya apa yang Beliau RadhiyaLLAhu’anhu tinggalkan untuk keluarganya, lihat jawabannya” Aku tinggalkan Allah dan Rasulnya bagi mereka”. Menggetarkan. Karena harusnya kita benar-benar menyadari bahwa kita adalah jamaah yang memperjuangkan segala hal tentang kebaikan.kita harus berubah,kita tidak boleh stagnan, kita harus lebih baik lagi, kita harus membuang segala yang buruk yang telah lalu, lalu mengerahkan segala energi positif yang ada untuk meraih ridhoNya, baik dalam jamaah ataupun sendiri, dimanapun dan dalam keadaan bagaimanapun.

Bagaimana kita memulainya? Memperbaiki semua yang khilaf dan telah berlalu, meninggalkannya lalu memulai langkah baru.  Memulainya dari setiap diri, dari diri sendiri. Apakah kita cukup menyadarinya?

Bagaimana kita berkompromi dengan ego dan ke’diri’an kita, dengan hawa dan nafsu kita agar selalu dapat dikekang dengan kuatnya KECINTAAN kita kepada segala hal yang mendatangkan ridhoNya. Generasi terbaik memang masa-masa Rasulullah, setelahnya,setelahnya dan setelahnya. Bagaimana menghadirkan peradaban terbaik itu kedalam lingkup kehidupan kita yang sekarang, ya minimal kedalam jamaah ini.

Dan terakhir, bagaimana agar kita tetap menyadari bahwa jamaah ini adalah jamaah manusia yang karena itu pasti takkan pernah sempurna, karena memang dianugrahkan fujur dan taqwa kedalam diri kita. Setiap kita punya kekurangan, punya kelebihan. Setiap kita punya background yang berbeda, punya karakter dan heterogenitas yang sangat luarbiasa. Yang karena itu semua terus saling menasehati, terus saling mengerti,terus saling bersinergi,terus saling mencintai dalam dekapan cintaNya.

“ Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui bahwa hati-hati ini telah berkumpul untuk mencurahkan mahabbah kepada-Mu, bersatu dalam dakwah-Mu, dan berjanji setia untuk membela syariat-Mu, maka kuatkanlah ikatan pertaliannya, ya Allah, abadikanlah kasih sayangnya, tunjukkanlah jalannya dan penuhilah ia dengan cahaya-Mu yang tidak pernah redup,lapangkanlah dadanya dengan limpahan iman dan keindahan tawakkal kepada-Mu, hidupkanlah dengan ma’rifah-Mu, dan matikanlah dalam keadaan syahid di jalan-Mu. Sesungguhnya Engkau sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong. Aamiin. Dan semoga shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada Muhammad,kepada kkeluarganya dan kepada semua sahabatnya.”
WaLLAhu’alam...

Jazakallah khairan katsiro telah bersedia membaca..
#Ana uhibbukum Fillah

Palangkaraya, 28 Feb 2013
00.50 wib


*Al Anshar*


Tidak ada komentar:

Posting Komentar