Minggu, 21 Oktober 2012

The Secret


Tanganku masih gemetar, jantung masih tidak karuan detaknya,duduk di meja kerja dengan memegang mouse sembari melihat nota pesanan dan mengetik di keyboard tidak seperti biasanya. Jam sudah menunjukkan pukul 16.00 waktu Indonesia Barat, nampaknya aku terlambat 1 jam memulai kerja hari ini. Terus bekerja dengan perasaan tidak karuan, tatapan mata yang kadang mengabur entah karena mulai minus atau syndrome keseringan di depan computer saja, sementara fikiran melayang kemana-mana.


“Ya Allah..” lirihku berulang kali…

Nampak butiran bening mau menetes di tepi mataku,sesekali coba kuusap agar tidak berjatuhan. Entahlah, ini cobaan keimanan atau musibah atas kelalaian, aku masih menerka-nerka apa yang Allah maksudkan atas kejadian yang terjadi padaku.

Sore berlalu, azan maghrib berkumandang. Aku keluarkan dulu aplikasi kerjaku, bergegas mengambil tas di meja sebelah untuk segera berangkat ke masjid Al Muhajirin tempat kebiasaanku sholat berjamaah maghrib dan isya jika sedang hari kerja. Sore ini bumi sedang Allah turunkan dengan gerimisnya, sesekali butiran air dari langit itu menderas berjatuhan, baju batik dan celana hitamku agak basah ketika berangkat ke masjid.

Sholat maghribku sore ini sepertinya tidak begitu khusyuk, fikiran masih melayang kemana-mana. Setelah salam kusandarkan tubuh di tiang masjid yang berada ditengah.

ya Allah..” kembali lirih menyebut nama-Nya dalam doaku.

ampuni dosa-dosa hamba ya Robb,  ampuni hamba jika yang terjadi pada diri hamba karena dosa-dosa yang telah hamba lakukan,sungguh hamba mohon ampun pada-Mu ya Goffar, berikan hamba kekuatan menjalani ini semua. Taqobbal ya Rahman..”

Langkahku ikut gontai ketika kembali ke tempat kerja, pekerjaan tinggal sedikit tapi belum tau bisa saja si Bos  memberikan tugas lain malam ini. Kembali bergelut bersama kertas-kertas orderan yang setiap harinya sales berikan kepadaku, masih dengan perasaan dan fikiran yang sama, tidak karuan.

Tidak lama kemudian Azan isya berkumandang, dan kembali aku bergegas mengambil tas ranselku yang setiaphari bersedia menemaniku kemana-mana, oh iya kenapa setiap ke masjid tas ransel ini kubawa, karena di dalamnya selalu ada mushaf kesayanganku.

Selesai sholat dan sedikit wirid,aku melakukan tilawah, mulai terhibur hatiku dengan membaca firman-Nya. Surat Al Ahzab yang kubaca, Alhamdulillah..

 Kembali lagi ketempat kerja,gerimis masih turun membasahi bumi. Masih tinggal sedikit pekerjaan rutinku, mungkin jam 8.00 sudah bisa pulang fikirku. Malam ini ingin rasanya cepat istirahat agar bisa hilang semua perasaan dan fikiran ini dan berharap terbangun sudah dalam ketenangan.

“Pak, sudah tidak ada lagi yang harus saya kerjakan ya?” tanyaku pada si Bos karena fikirku pekerjaanku untuk hari ini sudah selesai.

“ini masih ada,kamu catatkan……dan bla blab la……” jelas si Bos.

Nampaknya otakku sudah tidak bisa berkonsentrasi dengan baik, langsungkan kukerjakan saja apa yang bos kukatakan tadi. Sesaat kemudian aku kembalikan kertas yang sebelumnya ia kasihkan padaku.

“ini pak,sudah selesai” kataku sembari menyodorkan kertas itu.

“salah ini, bukan begini yang saya suruh, yang ini benar tapi kenapa yang ini salah, dan bla blab la….” Omel beliau.

Sudah tidak begitu terasa pada hatiku omelan beliau kali ini setelah apa yang terjadi padaku hari ini, kemudian kuperbaiki pekerjaanku. Memakan waktu lama ternyata,dua kali terdengar dari radio yang hidup di kantor, ”di **** sekarang pukul 21.00” dan “di **** sekarang pukul 22.00”.

Hmmm..bisa pulang jam 11 malam nih! Sementara tubuh sudah mulai melemas dan fikiran nampaknya mulai tidak karuan lagi,melayang kemana-mana. Kadang sekelebat datang bayangan tentang ibu di Desa, bagimana jika sampai beliau tau apa yang terjadi padaku tadi sore, sekelebat pula bayangan tentang perjalanan hidupku akhir-akhir ini. Ahhh..

Alhamdulillah..pekerjaanku selesai juga hari ini, sudah pukul setengah sebelas malam lewat nampaknya. Langsung saja berpamitan dengan si Bos untuk pulang. Gerimis sudah berhenti membasahi bumi,hanya tinggal basah di aspal dan beberapa genangan air pada jalan yang sedikit berlubang. Sepanjang perjalanan pulang masih dengan perasaan tak menentu, melintasi gelapnya beberapa titik di jalan Bukit Keminting, berpapasan dengan motor dan kendaraan lain yang sudah tidak banyak lagi.

Sesampai dirumah aku langsung membersihkan diri, mandi. Tidak kudirikan witir malam ini,langsung ketempat tidur dan merebahkan diri di atas kasur tipis dan bantal yang mulai lusuh.

Berdoa…

Berharap bangun sudah dalam ketenangan..

Menghapus semua resah..

Berjanji dalam hati yang terjadi tadi sore tidak diketahui oleh siapapun kecuali Bos dan sales tempatku kerja karena memang menjadi alasan keterlambatanku datang.

Kututup mata malam ini, terasa butir bening di kedua pinggir mataku…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar