Tanganku masih gemetar, jantung masih tidak
karuan detaknya,duduk di meja kerja dengan memegang mouse sembari melihat nota
pesanan dan mengetik di keyboard tidak seperti biasanya. Jam sudah menunjukkan
pukul 16.00 waktu Indonesia Barat, nampaknya aku terlambat 1 jam memulai kerja
hari ini. Terus bekerja dengan perasaan tidak karuan, tatapan mata yang kadang
mengabur entah karena mulai minus atau syndrome keseringan di depan computer
saja, sementara fikiran melayang kemana-mana.
“Ya Allah..” lirihku berulang kali…
Nampak butiran bening mau menetes di tepi
mataku,sesekali coba kuusap agar tidak berjatuhan. Entahlah, ini cobaan
keimanan atau musibah atas kelalaian, aku masih menerka-nerka apa yang Allah
maksudkan atas kejadian yang terjadi padaku.
Sore berlalu, azan maghrib berkumandang. Aku
keluarkan dulu aplikasi kerjaku, bergegas mengambil tas di meja sebelah untuk segera
berangkat ke masjid Al Muhajirin tempat kebiasaanku sholat berjamaah maghrib
dan isya jika sedang hari kerja. Sore ini bumi sedang Allah turunkan dengan
gerimisnya, sesekali butiran air dari langit itu menderas berjatuhan, baju
batik dan celana hitamku agak basah ketika berangkat ke masjid.
Sholat maghribku sore ini sepertinya tidak
begitu khusyuk, fikiran masih melayang kemana-mana. Setelah salam kusandarkan
tubuh di tiang masjid yang berada ditengah.
“ya
Allah..” kembali lirih menyebut nama-Nya dalam doaku.
“ampuni
dosa-dosa hamba ya Robb, ampuni hamba
jika yang terjadi pada diri hamba karena dosa-dosa yang telah hamba
lakukan,sungguh hamba mohon ampun pada-Mu ya Goffar, berikan hamba kekuatan
menjalani ini semua. Taqobbal ya Rahman..”
Langkahku ikut gontai ketika kembali ke
tempat kerja, pekerjaan tinggal sedikit tapi belum tau bisa saja si Bos memberikan tugas lain malam ini. Kembali
bergelut bersama kertas-kertas orderan yang setiap harinya sales berikan
kepadaku, masih dengan perasaan dan fikiran yang sama, tidak karuan.
Tidak lama kemudian Azan isya berkumandang,
dan kembali aku bergegas mengambil tas ranselku yang setiaphari bersedia
menemaniku kemana-mana, oh iya kenapa setiap ke masjid tas ransel ini kubawa,
karena di dalamnya selalu ada mushaf kesayanganku.
Selesai sholat dan sedikit wirid,aku
melakukan tilawah, mulai terhibur hatiku dengan membaca firman-Nya. Surat Al
Ahzab yang kubaca, Alhamdulillah..
Kembali lagi ketempat kerja,gerimis masih
turun membasahi bumi. Masih tinggal sedikit pekerjaan rutinku, mungkin jam 8.00
sudah bisa pulang fikirku. Malam ini ingin rasanya cepat istirahat agar bisa
hilang semua perasaan dan fikiran ini dan berharap terbangun sudah dalam
ketenangan.
“Pak, sudah tidak ada lagi yang harus saya
kerjakan ya?” tanyaku pada si Bos karena fikirku pekerjaanku untuk hari ini
sudah selesai.
“ini masih ada,kamu catatkan……dan bla blab
la……” jelas si Bos.
Nampaknya otakku sudah tidak bisa
berkonsentrasi dengan baik, langsungkan kukerjakan saja apa yang bos kukatakan
tadi. Sesaat kemudian aku kembalikan kertas yang sebelumnya ia kasihkan padaku.
“ini pak,sudah selesai” kataku sembari
menyodorkan kertas itu.
“salah ini, bukan begini yang saya suruh,
yang ini benar tapi kenapa yang ini salah, dan bla blab la….” Omel beliau.
Sudah tidak begitu terasa pada hatiku omelan
beliau kali ini setelah apa yang terjadi padaku hari ini, kemudian kuperbaiki
pekerjaanku. Memakan waktu lama ternyata,dua kali terdengar dari radio yang
hidup di kantor, ”di **** sekarang pukul 21.00” dan “di **** sekarang pukul
22.00”.
Hmmm..bisa pulang jam 11 malam nih!
Sementara tubuh sudah mulai melemas dan fikiran nampaknya mulai tidak karuan lagi,melayang
kemana-mana. Kadang sekelebat datang bayangan tentang ibu di Desa, bagimana
jika sampai beliau tau apa yang terjadi padaku tadi sore, sekelebat pula
bayangan tentang perjalanan hidupku akhir-akhir ini. Ahhh..
Alhamdulillah..pekerjaanku selesai juga hari
ini, sudah pukul setengah sebelas malam lewat nampaknya. Langsung saja
berpamitan dengan si Bos untuk pulang. Gerimis sudah berhenti membasahi
bumi,hanya tinggal basah di aspal dan beberapa genangan air pada jalan yang
sedikit berlubang. Sepanjang perjalanan pulang masih dengan perasaan tak
menentu, melintasi gelapnya beberapa titik di jalan Bukit Keminting, berpapasan
dengan motor dan kendaraan lain yang sudah tidak banyak lagi.
Sesampai dirumah aku langsung membersihkan
diri, mandi. Tidak kudirikan witir malam ini,langsung ketempat tidur dan
merebahkan diri di atas kasur tipis dan bantal yang mulai lusuh.
Berdoa…
Berharap bangun sudah dalam ketenangan..
Menghapus semua resah..
Berjanji dalam hati yang terjadi tadi sore
tidak diketahui oleh siapapun kecuali Bos dan sales tempatku kerja karena
memang menjadi alasan keterlambatanku datang.
Kututup mata malam ini, terasa butir bening
di kedua pinggir mataku…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar